Menteri Agama H Suryadharma Ali mengatakan, kemajuan teknologi selain
berdampak positif, juga melahirkan beragam ancaman serius bagi
keberlangsungan kehidupan umat yang damai.
“Merebaknya pornografi dan pornoaksi banyak dipengaruhi oleh
kemajuan teknologi,” papar Menag ketika membuka Halaqoh Ulama dan
launching Dai Rahmatan Lilalamin di hotel Millenium Jakarta, Senin
(12/11).
Halaqoh yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam dihadiri Wamenag Nasaruddin Umar, Dirjen Bimas Islam H
Abdul Djamil, Direktur Penerangan Agama Islam Hj Euis Sri Mulyani,
Ketua Umum Majelis Silaturahim Kiai dan Pimpinan Pondok Pesantren se
Indonesia (MSKP3I) serta 70 persera halaqoh dan dai.
Menag memaparkan, akses teknologi ini sangat luas dan tak terbatas.
“Anak-anak dan generasi muda kita begitu mudah bersosialisasi dengan
berbagai bentuk pornografi dan pornoaksi. Begitu pula arus informasi
yang bebas masuk telah melahirkan transpormasi berbagai aliran dari luar
yang tak sejalan dengan karakter bangsa Indonesia, seperti radikalisme
dan ekstrimis.”
Memang, kata Menag, globalisasi telah memberikan pengaruh besar
terhadap eksistensi dakwah di lihat dari aspek pelaku dakwah, materi
serta metode yang dipergunakan .
Menurut Menag, ada kebutuhan masyarakat yang selalu mengalami
perubahan yang perlu direspons dengan materi dakwah yang relevan serta
metode penyampaian yang tepat. “Materi dakwah yang banyak menjadi tidak
berarti apa-apa jika disampaikan dengan metode yang tidak tepat,
sebaliknya materi yang sederhana bisa menjadi menarik manakala
disampaikan menggunakan metode yang sesuai dengan masyarakat yang
menjadi sasaran dakwah.”
Jadi, lanjut Menag, di tengah-tengah arus besar seperti ini, diperlukan pengembangan metode dakwah agar sesuai dengan tuntutan keadaan yang ada di masyarakat.
Dia menjelaskan, arus globalisasi juga telah melahirkan beragam
problematika keumatan. Beberapa kejadian seperti terorisme, radikalisme,
dan segala bentuk kekerasan atas nama agama atau PR kita bersama.
“Bagaimana pun terorisme kekerasan sedikit banyak akan mempengaruhi
citra Islam sebagai agama yang didakwakan oleh Rasul dengan semangat
Rahmatan Lilalamin,” kata Menag.
Menag menyatakan khawatir dan cemas menyaksikan bentrokan antara
elemen umat di bawah. “Sebagai bangsa yang heterogen, Indonesia terdiri
dari berbagai suku bangsa, budaya, dan agama. Realitas ini selalu
menjadi kekhawatiran akan munculnya konflik. Tentunya sebagai bangsa
yang dibangun di atas keberagaman, segenap elemen umat Islam bersama
pemerintah harus bekerjasama membangun kedamaian, baik intern umat
beragama, maupun antarumat beragama.” (dik)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar